Sedang Belajar Ikhlas

Belakangan ini, aku menghabiskan banyak waktu hanya untuk satu hal yang kelihatannya sederhana: mencari ikhlas.

Di tengah tumpukan marah, kecewa, dan rasa tidak mampu memahami kenyataan yang jauh dari ekspektasi, aku belajar… pelan-pelan. Belajar untuk tidak terus-menerus menyalahkan diri sendiri atas semua hal yang tidak berjalan seperti yang aku harapkan.

Aku tahu, terus bertanya "kenapa harus aku?" tidak akan pernah mengubah alurnya. Tapi ternyata… menerima juga bukan hal yang instan. It takes patience, and pain too.

Pernah nggak, kamu merasa seperti dikejar oleh kenyataan yang tidak kamu pesan? Pernah nggak, kamu mencoba berlapang dada, tapi justru dadamu yang makin sesak?
"Kalau memang ini takdir, kenapa rasanya seperti dihukum?"

Pertanyaan-pertanyaan itu datang…
dan aku tau, aku tidak sendiri.

Hari-hari ini, aku sedang berusaha mencari alasan kenapa aku harus tetap kuat.
Why I should forgive something I never deserved. Bukan karena aku suci. Bukan karena aku tidak terluka. Tapi karena memelihara luka terlalu lama hanya akan membuatku hidup setengah-setengah.

Dan ternyata...
mengalahkan keluh itu lebih menumbuhkan daripada memenangkannya.

Aku mulai sadar...
menghabiskan waktu untuk meratapi kenyataan itu lebih melelahkan daripada berusaha sedikit-sedikit menerima.
Bahwa mungkin… life is not always about fairness, but about growth.

Kalau saat ini kamu juga sedang belajar menerima, pelan aja ya? Nggak perlu buru-buru. Jangan merasa gagal hanya karena kamu masih sering menangis.

Rasa perih itu valid. Kamu sedang belajar jadi manusia yang lebih besar dari rasa sakitnya.

Ikhlas itu bukan tentang membenarkan luka. Tapi tentang tidak membiarkan luka itu terus-menerus mengatur arahmu.

And sometimes…
peace is not found—it’s built. Sedikit demi sedikit. Dengan cara kamu sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kembali Tersenyum

Sosok Yang Aku Tunggu

Titik Akhir Berpasrah: Aku Pamit