Pelan-Pelan Pulang Ke Dalam
Aku berhutang ribuan maaf pada diriku sendiri.
Pada hati yang terlalu sering kubungkam,
pada jiwa yang kupaksa terus kuat, bahkan saat ia hanya ingin diam.
Aku terlalu sering memaksakan langkah ke arah yang bukan jalanku.
Terlalu sering menyusutkan mimpi karena takut dianggap berlebihan.
Terlalu sering memaksa senyum, padahal dunia di dalamku sedang retak.
Aku sibuk jadi kuat...
sampai lupa bagaimana rasanya jadi manusia.
I forgot how to be soft with myself.
Terlalu sibuk mengejar ekspektasi—yang bahkan bukan milikku.
Sampai lupa bertanya:
"Apa yang benar-benar aku inginkan?"
Aku pernah merasa gagal hanya karena langkahku berbeda.
Padahal... siapa bilang semua orang harus punya kecepatan yang sama?
Kita ini nggak harus bisa segalanya.
Nggak semua hal harus ditaklukkan.
Kadang yang paling berani adalah:
berhenti sejenak.
Bilang ke diri sendiri:
"Cukup, kamu sudah berjuang sejauh ini."
Dan kamu tahu?
Ada keindahan yang sunyi saat kita mulai menerima bahwa kapasitas kita punya batas.
Dan itu... bukan kelemahan.
Itu adalah bentuk paling manusiawi dari kita.
Mungkin hari ini kita bisa sepakat:
buat mulai pelan-pelan pulang ke dalam.
Bukan untuk langsung sembuh,
tapi untuk mengenali luka yang selama ini kita tutupi.
Untuk memeluk bagian dari diri kita yang sering kita tolak:
yang lelah, yang malu, yang takut.
Dan bilang padanya:
"I'm still proud of you, even when you're not perfect."
The quiet battles you fight in your heart are shaping something beautiful.
Kamu boleh gagal.
Boleh bingung.
Boleh lambat.
Tapi kamu tetap pantas dicintai—bahkan saat kamu tidak sedang jadi versi terbaik dari dirimu.
Dunia ini terlalu bising.
Tapi kamu boleh tenang.
Pelan-pelan aja, ya.
Hari ini, cukup kita tahu satu hal:
bahwa kita sedang belajar memaafkan diri sendiri. Dan itu sudah luar biasa.
Komentar
Posting Komentar