Tumbuh Sambil Pulih
Tumbuh dan pulih, dua kata yang terdengar mirip, tapi jalannya berbeda. Tumbuh itu soal keberanian menjejak, soal mengarah, soal mendaki. Tapi pulih adalah tentang berhenti sejenak, dan menangis sebentar. Bukan karena lemah, tapi karena kita akhirnya sadar: ada luka yang tak bisa kita paksa sembuh hanya dengan semangat.
So I asked myself, "Can I grow while I'm still bleeding?" dan hati kecilku jawab, "You can try, but why not heal first?"
Mungkin... pulih dulu bukan berarti mundur. Pulih adalah bentuk paling lembut dari maju.
Dan kalau kamu mampu tumbuh sambil pulih — that's a miracle. Tapi kalau kamu belum sanggup, it's okay to rest first. Beneran, gak dosa kok kalau kamu milih sembuh dulu daripada terlihat hebat di mata dunia.
Pulih itu juga... nggak selalu tentang lupa.
Kadang, kita nggak butuh lupa. Kita hanya perlu damai dengan ingatan yang dulu menyakitkan. Dan berdamai bukan berarti setuju — tapi mengikhlaskan. Mengikhlaskan bahwa "I don't need to fix the past to deserve peace now."
Ada luka yang memang nggak selesai dengan logika. Tapi bisa reda karena hati kita... akhirnya nggak lagi menolak kehadirannya. Mungkin itu caranya Allah ngajarin kita, untuk melihat luka bukan sebagai kutukan, tapi sebagai pintu. Pintu untuk mengenal diri lebih jujur. Pintu untuk sadar bahwa kita rapuh, tapi kita juga sedang belajar utuh.
Aku tau...
rasanya kehilangan arah, saat pertanyaan itu muncul diam-diam di dada:
"Why me? Kenapa harus aku yang terluka? Kapan ya, hidupku berhenti terasa berat?"
Tapi mungkin, jawabannya nggak datang dari luar. Karena kadang, Allah menyuruh kita menengok ke dalam. Untuk melihat bahwa yang kita cari di dunia, sedang Dia tumbuhkan perlahan di jiwa kita.
"Maybe it had to break, so you could finally build it again — this time with love, not fear."
Dan dari situ, kita tau:
Tidak ada luka yang terlalu dalam,
jika kamu bersedia menyentuhnya dengan pelan.
Jadi, kalau hari ini kamu belum bisa bangkit — at least, bangun dulu. Kalau belum bisa berlari, nggak apa-apa berjalan. Kalau belum sanggup menjemput impian, peluk dulu dirimu yang sedang berusaha.
Life doesn’t rush your healing. Jadi jangan paksa hatimu untuk kuat setiap saat. Yang penting: kamu nggak berhenti. Kamu nggak menyerah. Karena setiap pulih yang tulus, akan membawa tumbuh yang jujur.
Maka ini... untukmu yang sedang pelan-pelan kembali. Untukmu yang tak butuh dipahami semua orang, cukup dimengerti oleh Tuhan.
Untukmu yang belajar tersenyum, meski matanya masih menyimpan genangan.
Dan untukmu yang membaca ini sambil menghela napas pelan, karena merasa: “Akhirnya ada yang ngerti.”
Yes, I see you. I hear the weight in your silence. Dan aku juga sedang belajar, sama seperti kamu.
Let’s heal, so we can grow — not for the world, but for the peace we never knew we deserved.
Komentar
Posting Komentar