Sunyi Yang Tak Terlihat
Aku duduk diam,
seolah dunia baik-baik saja.
Senyum tipis terpasang,
meski hati retak di dalam dada.
Langit terlihat biru,
tapi dadaku mendung.
Seseorang bertanya, “Kamu kuat, kan?”
Aku hanya angguk,
tak berani jujur.
Setiap langkahku menapak di jalan sepi,
bukan karena tak ada orang,
tapi karena aku sendiri.
Pura-pura tenang itu seni yang melelahkan—
menahan tangis agar tak tumpah,
padahal jiwa hampir patah.
Mereka lihat aku tenang,
bahkan terkadang bahagia.
Tak tahu di balik itu,
ada luka yang menggila.
Rasanya seperti bernapas dalam air—
hidup, tapi sesak.
Dan tak seorang pun sadar.
Lalu malam datang...
Dan hanya bantal yang tahu
betapa keras aku mencoba bertahan.
Aku tidak ingin dikasihani,
aku hanya ingin dipahami.
Bahwa di balik “aku baik-baik saja,”
ada seseorang
yang hanya ingin diberi ruang untuk tidak kuat.
Komentar
Posting Komentar