Laut Yang Tenang
Pernah lihat laut di pagi hari?
Tenang. Biru. Damai.
Permukaannya hampir tidak bergelombang, seolah dunia sedang baik-baik saja.
Tapi siapa yang tahu apa yang terjadi di dalamnya?
Bisa jadi ada arus yang mengamuk, pusaran mematikan, atau makhluk-makhluk yang menyimpan ribuan kisah sedih sejak zaman dahulu.
Laut itu terlihat damai, tapi menyimpan begitu banyak rahasia.
Laut itu pintar sekali berpura-pura tidak apa-apa.
Tapi ini bukan tentang laut.
Ini tentang manusia.
Tentang mereka yang tampak baik-baik saja hanya karena masih bisa tersenyum.
Tentang orang-orang yang selalu ada untuk semua, tapi tidak pernah benar-benar bercerita tentang dirinya sendiri.
Mereka yang berkata, “nggak apa-apa kok,” padahal di dalam hatinya sedang kacau.
Mereka yang kamu pikir kuat, padahal setiap malam tidur dengan air mata yang ditahan.
Ada orang-orang yang begitu pintar menyembunyikan badai dalam dirinya.
Mereka tetap hadir, tetap menguatkan, tetap tersenyum—meski jiwanya sedang kosong.
Dunia sering terlalu sibuk menilai dari permukaan.
Jika kamu terlihat tenang, semua mengira kamu baik-baik saja.
Tak banyak yang benar-benar ingin menyelam lebih dalam, untuk tahu apa yang sedang kamu simpan sendiri.
Itulah kenapa kita harus lebih peka.
Lebih hati-hati dalam berkata, lebih tulus dalam mendengar.
Karena tidak semua orang butuh solusi—kadang mereka hanya ingin didengar.
Tidak semua orang kuat butuh tepuk tangan—kadang mereka hanya ingin dipeluk.
Jangan tunggu seseorang meledak, baru kamu peduli.
Jangan tunggu seseorang menghilang, baru kamu sadar mereka selama ini menahan segalanya sendirian.
Dan untuk kamu,
yang selama ini jadi laut yang tenang...
Aku tahu kamu lelah.
Aku tahu kadang kamu ingin marah, ingin menangis, ingin berteriak, tapi bingung harus ke siapa.
Kamu hebat. Tapi kamu juga manusia.
Kamu berhak istirahat.
Kamu boleh merasa lemah.
Dan kamu tidak harus selalu menyimpan semuanya sendirian.
Karena meski kamu pandai menutupi semuanya, bukan berarti kamu harus terus berpura-pura.
Pelan-pelan, istirahatlah.
Biarkan hatimu juga punya tempat pulang.
Komentar
Posting Komentar