Ambil Yang Baik, Buang Yang Buruk

Ini bukan sekadar ungkapan—tapi prinsip hidup yang akan menuntun kita dalam setiap langkah.

Dalam menjalani hidup, kita dihadapkan pada pilihan-pilihan setiap hari. Dari apa yang kita makan, kata yang kita ucapkan, hingga siapa yang kita izinkan hadir dalam hidup kita—semuanya membentuk siapa kita nantinya. Maka, kita perlu memilih dengan hati-hati: ambillah yang menyehatkan jiwa, tinggalkan yang merusaknya.

Begitu pula dalam menuntut ilmu. Tidak semua yang terlihat cemerlang membawa kebaikan. Kita harus mampu membedakan mana ilmu yang mengangkat derajat dan mana yang justru menjauhkan dari kebenaran. Tapi pertanyaannya: bagaimana kita bisa tahu mana yang baik dan mana yang buruk?

Jawabannya: dengan ilmu dan kehati-hatian. Tanpa dasar yang kuat, kita akan mudah terjebak dalam kabut kebingungan, bahkan bisa terjerumus pada pemikiran yang menyesatkan. Lihatlah bagaimana Imam Ahmad—yang hafal sejuta hadits—masih memilih untuk menutup telinganya dari pemikiran yang keliru. Maka bagaimana dengan kita yang ilmunya belum seberapa?

Memilih yang baik tak cukup dari penampilan luar. Kita harus mampu menelisik esensi, menggali makna di balik yang terlihat. Karena sering kali, yang tampak baik ternyata menyesatkan, dan yang tampak biasa justru menyimpan hikmah yang dalam.

Jika hari ini kamu ragu, itu bukan kelemahan. Itu tanda bahwa kamu sedang tumbuh. Karena berhati-hati jauh lebih bijak daripada sok tahu. Dan keselamatan hati, jiwa, dan akal adalah harta yang tak tergantikan.

Jadi, apakah kamu bersedia meluangkan waktu untuk benar-benar memahami apa yang terbaik untukmu? Segala pilihan yang kamu ambil hari ini akan menjadi pijakan untuk masa depanmu. Ingatlah: kejernihan dan keselamatan selalu lebih utama daripada kecepatan dan kesan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kembali Tersenyum

Sosok Yang Aku Tunggu

Titik Akhir Berpasrah: Aku Pamit