Serpihan Diri Yang Tersisa

Pernahkah kamu menatap cermin dan merasa asing pada bayangan yang terlihat?
Itulah yang aku rasakan hari ini. Bukan karena aku tak mengenal wajahku, tapi karena pantulan itu tak lagi menggambarkan siapa aku sebenarnya.

Wajah itu tampak retak dalam pecahan kaca, sama seperti perasaanku yang perlahan kehilangan bentuk. Aku mencoba merangkai ulang serpihan-serpihan yang tersisa, tapi justru semakin aku mencoba mendekat, semakin dalam luka yang kudapat.

Mungkin aku sudah lama hancur, hanya saja terlalu pandai berpura-pura.
Senyum yang kulukis di wajah bukan tanda bahagia, tapi tameng agar tak ada yang tahu seberapa rapuh aku sebenarnya. Di balik tawa yang terdengar ringan, ada tangis yang tak sempat bersuara. Aku berusaha utuh di hadapan dunia, padahal dalam diam aku telah lama retak.

Kadang aku bertanya pada diriku sendiri—bagian mana dari aku yang masih nyata?
Atau apakah aku hanyalah ilusi, terjebak dalam pantulan cermin, berusaha menemukan arti dari luka yang tak kunjung sembuh?

Dan di titik ini... aku belajar menerima, bahwa tak semua yang pecah harus kembali utuh. Kadang, serpihan itulah yang membuat kita mengerti siapa kita sebenarnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kembali Tersenyum

Sosok Yang Aku Tunggu

Titik Akhir Berpasrah: Aku Pamit