Damai
Tuhan, bolehkah aku meminta rasa damai?
Tenangkan hatiku dari hal-hal yang tidak bisa kupahami,
Lapangkan dadaku untuk menerima takdir yang sedang berjalan ini.
Sejujurnya, banyak luka yang kupendam dalam diam,
Ada kesedihan yang tak bisa aku ceritakan kepada siapa pun,
Ada trauma yang bekasnya belum juga hilang,
Dan ada sesak yang kupeluk sendiri tanpa tahu kepada siapa harus kuceritakan.
Mungkin dari luar aku tampak tenang,
Tapi di dalam, ada pertempuran yang terus kuhadapi dalam diam.
Mungkin aku terlihat baik-baik saja,
Padahal setiap malam aku sibuk merangkai diriku yang sedang berantakan.
Aku belajar tersenyum di siang hari,
Namun menangis diam-diam saat malam tiba.
Aku belajar menguatkan orang lain,
Sambil diam-diam mencari cara untuk menyembuhkan diriku sendiri.
Pada akhirnya,
Yang paling bisa memahami dan sepenuhnya kupercaya hanyalah diri.
Dan Tuhan… yang diam-diam kuceritai lewat doa-doa panjang yang tak terdengar siapa pun.
Semoga selalu kutemukan alasan-alasan kecil untuk bertahan,
Meski hanya lewat tawa singkat, senja yang indah, atau pelukan hangat dari semesta.
Semoga aku bisa terus percaya, bahwa luka tidak menghapus harapan,
Bahwa hancur tidak berarti aku gagal menjadi kuat.
Aku mungkin rapuh,
Tapi aku juga sedang tumbuh.
Pelan-pelan,
Meski tertatih.
Aku tetap berjalan.
Komentar
Posting Komentar