Bertahan, Meski Terlihat Sulit

Langit malam meredup dalam diam, menggantungkan kelam tanpa bintang. Di sudut kamar, seseorang menatap kosong ke arah jendela yang tertutup tirai lusuh. Pikiran-pikirannya berserakan seperti pecahan kaca—melukai dirinya sendiri. Ia merasa seperti beban yang terlalu berat untuk dipikul dunia, seolah keberadaannya hanya menyisakan jejak yang tak diinginkan.

Tapi benarkah demikian? Ataukah itu hanya suara-suara dalam kepalanya yang menjerat dalam kesedihan tak berkesudahan?

Di luar sana, dunia tetap berputar. Ada yang menunggu kehadirannya—meski ia merasa tak diharapkan. Ia mungkin tak sadar, tapi langkahnya pernah menjadi sandaran bagi seseorang. Tawanya yang dulu, meski kini meredup, pernah menjadi cahaya bagi mereka yang mencintainya.

Namun saat ini, semuanya terasa abu-abu. Ia merasa tak ada satu pun yang peduli. Tapi benarkah? Atau hanya karena ia tak mampu lagi melihat bentuk kasih yang tak selalu diucapkan?

Kita sering terjebak pada anggapan bahwa cinta harus selalu terasa nyata dan terlihat jelas. Padahal, banyak kasih yang tersembunyi: dalam doa yang lirih di malam sunyi, dalam seseorang yang diam-diam menunggu kabar, dalam perhatian yang tidak selalu bersuara.

Barangkali cinta itu ada—hanya saja tak berbentuk seperti yang kita harapkan.

Dan jika langkah terasa berat, mungkin ini saatnya untuk berhenti sejenak, bukan menyerah.

Hidup memang tak selalu mudah. Kadang kita ingin pulang lebih awal, mengakhiri segalanya. Tapi perjalanan ini bukan milik kita sendiri. Ada kisah yang masih harus ditulis. Ada orang-orang yang, meski diam, tetap ingin melihat kita bertahan.

Jika semuanya terasa sesak, mungkin bukan karena hidup tak berpihak—melainkan karena kita lupa, bahwa harapan selalu ada, bahkan dalam luka yang terdalam sekalipun.

Maka sebelum menyerah, ingatlah: setiap detik yang kita jalani adalah bagian dari sesuatu yang lebih besar.

Mungkin kini kita merasa kecil dan rapuh. Tapi kelak, kita akan mengerti, mengapa kita harus tetap bertahan.

Bertahanlah, meski sulit. Karena pada akhirnya, semua akan menjadi indah pada waktunya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kembali Tersenyum

Sosok Yang Aku Tunggu

Titik Akhir Berpasrah: Aku Pamit