Aku, Kamu dan Takdir
Perihal rasa dan takdir yang menggiring langkahku, hanya Tuhan yang tahu ke mana arah akhirnya. Entah kau akan tetap di sini, atau waktu akan merenggutmu dariku.
Aku hanya ingin menyelami hatimu sedalam mungkin, mencintai tanpa batas, dan memperjuangkan debar yang kau titipkan dalam atma ini.
Aku yakin kau tahu, kaulah yang ingin kuajak menjelajahi cakrawala, menggenggam tanganku di setiap persimpangan, dan menetap dalam dekap yang tak berkesudahan.
Walau kadang aku merasa kita seperti bumi dan langit—berjarak dan tak mungkin menyatu—aku tetap ingin mengusahakan nya. Karena cinta yang sungguh tak akan goyah oleh jarak ataupun waktu.
Aku akan rapuh jika kehilanganmu. Sebab di awal aku jatuh, aku tak ingin. Maka aku punya alasan yang sama untuk tetap bertahan: karena aku tak pernah ingin kehilanganmu.
Aku mencintaimu sejak hari itu, aku masih mencintaimu di hari ini, dan aku akan terus mencintaimu di esok hari—sampai hari di mana aku tak lagi mengingat hari-hari itu.
Mungkin sesekali kau bertanya, “Mengapa harus aku?” Karena dari semua yang datang, dari semua nama yang kusebut dalam doa, hanya kamu yang membuatku rela memeluk luka.
Kamu, yang kulihat dengan kesempurnaan. Hanya kamu—rumah itu, tempat aku selalu ingin kembali.
Komentar
Posting Komentar