Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2024

Tunggu Aku Kembali

Setiap malam, kamu selalu ada di pikiranku. Tawamu, tingkah lucumu, dan segala hal tentangmu yang tak pernah aku lewatkan. Kamu orang pertama yang mengisi hatiku, tapi entah dengan aku. Tapi, entah kenapa aku merasa kamu adalah titik akhir dari segala harapanku yang selalu aku lambaikan setiap hari. Kamu seperti perhentian terakhir yang kutunggu. Banyak sekali waktu yang telah kita lewati bersama—jam, hari, bulan—dan semuanya menciptakan kenangan yang nggak biasa. Waktu-waktu kita duduk bareng, ngobrol tentang harapan dan cita-cita kita, aku ingat betul betapa mataku berbinar dan wajahku tersenyum mendengar segala kata-katamu tentang masa depan kita. Ya, aku bahagia. Kita berbagi cerita dari hal yang biasa sampai yang luar biasa. Dan aku baru sadar kalau kamu telah mengisi seluruh ruang di hatiku. Hanya kamu. Kamu sudah menjadi bagian penting dalam hidupku. Rasanya, aku nggak akan bisa hidup tanpa kamu. Kamu banyak mengajarkanku hal-hal yang selama ini nggak pernah aku pikirkan. Kamu s...

Jodohku, Aku Yakin Seperti Ini

Jika dia memang jodohku, semuanya akan dimudahkan. Semua keraguan akan hilang, dan perasaan ini akan semakin kuat dan pasti untuknya. Meski ada masalah, pasti ada jalan keluar. Aku selalu berdoa kepada-Nya agar diberi petunjuk siapa jodohku, karena pilihan-Nya pasti lebih baik dari pilihanku. Aku ingin menjadi pilihan-Nya, benar-benar. Dengan ikhtiar yang aku yakini, kesabaran yang aku jalani, dan doa yang aku haturkan, aku akan terus berusaha hingga akhirnya aku bertemu dengan jodohku dengan ikhlas hanya untuk-Nya. "Hatiku tenang karena aku tahu apa yang pergi dariku tidak akan pernah menjadi takdirku, dan apa yang menjadi takdirku tidak akan pernah pergi dariku." – Umar bin Khattab Cinta itu seperti bunga tulip, lahir dari hal yang sulit dijangkau, tapi warnanya penuh keanggunan, terjaga, dan misterius. Dan cinta itu sempurna, walau perlu banyak proses untuk membentuk dan menjaganya. Aku memilihmu sebagai keindahan, dan kini aku tidak lagi melihat kekuranganmu, aku melihat ...

Rindu Yang Tertunda

Aku tidak akan mengatakan mencintaimu, tapi kukatakan kamu adalah seseorang yang tidak satupun bisa menggantikan indahmu, senja dengan warnanya, samudra-samudra bergulung menampakkan cantiknya. Dan kamu, cukup dengan menghindariku saja begitu tampak mempesona. Aku tidak ingin mengatakanmu berbeda, hanya saja kamu selalu tampak istimewa.  Mas, selamat berjuang ya. Tidak ada yang istimewa dariku, tapi Allah memberimu. Lalu ku ucapkan selamat berjuang ya, aku mempercayai apapun yang kamu lakukan adalah bentuk-bentuk serpihan doa, sehingga semoga dikuatkan, tidak menyerah, kemudian selalu ada yakin dihatimu kepadaku yang penuh kurang. Sebelum kamu sampai, aku pernah bertanya-tanya, nama siapa kiranya yang akan aku jadikan teman-teman sujudku, mata yang seperti apa kelak akan aku jadikan aksara dalam setiap tulisanku, dan senyum seperti apa yang nantinya akan menemani separuh perjalananku Dan kamu Rabb, memberikanku kamu,  Seseorang yang jauh lebih aku kagumi daripada ilusi-ilusi y...

Bahagia Versi Sendiri

Kebahagiaan adalah hal yang subjektif dan bisa berbeda-beda bagi setiap orang. Kita tidak bisa menyalahkan orang lain yang merasa bahagia dengan memiliki banyak uang, anak, atau rumah megah. Semua itu sah-sah saja dan valid menurut pandangan mereka. Begitu juga dengan kebahagiaan dalam pernikahan. Banyak yang beranggapan bahwa memiliki anak adalah ukuran kebahagiaan dalam pernikahan. Namun, bagaimana dengan mereka yang bercerai meskipun sudah memiliki banyak anak? Ini menunjukkan bahwa kebahagiaan dalam pernikahan tidak selalu tergantung pada kehadiran anak. Faktor-faktor lain juga mempengaruhi kebahagiaan. Pasangan yang belum memiliki anak bisa jadi sangat bahagia, sama seperti orang yang belum menikah. Mereka mungkin menikmati masa-masa romantis, bercanda, dan merencanakan masa depan tanpa gangguan. Begitu juga orang yang belum menikah bisa jadi sangat bahagia, memiliki waktu untuk bersenang-senang, mengembangkan karier, dan mengejar impian tanpa batasan. Jadi, penting untuk mengharg...

Titik Akhir Berpasrah: Aku Pamit

Tuhan, kemarin doaku sangat naif dan penuh optimisme, sampai-sampai tidak rasional. Aku tahu Engkau adalah pemberi segala sesuatu dan tidak pernah meragukannya. Namun malam ini, izinkan aku untuk merevisi doaku. Karena pada dasarnya, doa itu sudah tidak lagi sejalan, tidak lagi sesuai, dan tidak mungkin mencapai tujuan yang diinginkan. Izinkan aku, Tuhan, untuk tidak lagi berharap terlalu banyak atau merasakan kekecewaan yang mendalam. Kau adalah penguasa segalanya, tapi keyakinan yang berbeda kadang berakhir dengan pengkhianatan. Kabulkan revisi doaku ini, Tuhan, agar aku bisa tetap teguh di jalan-Mu. Selanjutnya, atur segalanya sesuai kehendak-Mu. Engkau adalah sutradara terbaik dari dunia ini. Terima kasih telah hadir dalam doaku yang naif. Terima kasih juga telah memberikan harapan. Kini, aku pamit.

Berjuang Dalam Sepi

Di balik semua yang tidak pernah aku ceritakan ke siapapun, ada hal- hal kejam yang aku hadapi sendirian. Bukan karena aku tidak percaya dengan orang lain, tapi karena aku sendiri bingung harus mulai bercerita dari mana. Di balik senyumku, ada malam-malam yang kuhabiskan untuk menangis sendirian, keputusan berat yang harus kuambil meskipun hatiku belum siap, dan rasa takut yang sering muncul tanpa diundang. Namun, aku sadar hidup ini tidak bisa dihadapi dengan emosi. Aku butuh hati yang lapang agar tidak mudah membenci keadaan, pikiran yang tenang agar tidak merasa dunia ini musuhku, dan cara bertindak yang aman agar tidak menyakiti diri sendiri di tengah semua kekacauan. Kadang aku hanya bisa berbicara pada diriku sendiri, "Tolong ya badan, jangan nyerah dulu. Aku masih butuh kamu untuk terus bertahan." Karena kalau tubuhku ambruk, semua perjuangan ini akan sia-sia. Aku harus menjaga kesehatanku, baik fisik maupun mental, sekuat yang aku bisa. Aku tahu perjuangan ini berat, ...