Aku Butuh Kamu, Penawarku.
Terkadang, aku sendiri nggak sadar kalau hubungan kita sudah bisa bertahan sampai sekarang. Hubungan yang menurut teman-temanku agak "absurd", karena nggak jelas juga mau dibawa ke mana. Jangankan mereka, aku pun sering kali bingung, hubungan ini bakal gimana.
Udah banyak cobaan datang dan pergi, bahkan kadang dari kita sendiri. Tapi aku masih coba bertahan, karena aku yakin kalau hubungan yang kuat nggak akan goyah cuma karena masalah kecil, kan? Kita saling percaya, ya?
Tapi, ada kalanya rasa curiga itu datang juga.
"Lo yakin dia nggak punya temen deket cewek di sana?"
Ya, siapa yang nggak cemas sih, apalagi kalau kita terpisah jauh gini. Aku akui, aku sering curiga dan pertanyaan-pertanyaan itu selalu muncul. Apa dia beneran setia? Apa dia cuma fokus ke aku? Maaf ya, sayang, aku cuma takut banget masuk ke perangkap yang sama lagi. Tapi aku tetap berusaha percaya padamu. Aku percaya sama apa yang kau katakan, dan aku tahu kunci kita adalah saling percaya. Meskipun aku sering cemburu dan kadang kamu kesal, aku tetap berusaha mengerti.
"Aku cemburu sama temen dekat cewekmu yang bisa dengerin semua cerita kamu, bisa lihat tawamu, bisa deket sama kamu."
Udah lebih dari dua bulan kita nggak ketemu. Aku sadar, kadang aku bersikap kekanak-kanakan, sering merengek kalau kangen. Pembawaanmu yang cuek kadang bikin aku bingung.
Kamu nggak kangen sama aku di sini? Aku sungguh sangat merindukanmu.
Banyak banget yang pengen aku ceritakan. Aku tahu kita sibuk dengan urusan masing-masing. Bahkan untuk sekadar kabar-kabaran aja udah semakin jarang. Teleponan pun cuma sesekali. Aku kangen suara kamu, meskipun seringnya aku aja yang banyak ngomong. Lucu juga sih.
"Ingin banget bisa peluk kamu, megang tangan kamu."
Kadang aku merasa kayak berjuang sendirian. Aku yang selalu ngubungin kamu duluan, dan kadang kamu nggak bales. Kamu abaiin aku, bukan cuma sekali dua kali, tapi sering banget. Tapi anehnya, aku terus aja nyoba ngubungin kamu walaupun tahu bisa aja diabaikan lagi. Aku pengen banget bisa ngabaikan kamu, dan bikin kamu merasakan apa yang aku rasakan. Tapi aku nggak bisa. Aku nggak bisa ngabaikan kamu, apalagi kalau kamu lagi sakit atau capek banget di sana. Justru aku khawatir banget sama kamu. Pengen banget bisa langsung ke sana.
Teman-temanku sering tanya, "Kenapa sih kamu berjuang segininya?" Aku juga nggak tahu, yang jelas aku cuma mau deket sama kamu, walaupun kita jauh banget. Sampai akhirnya aku sadar, rasa rinduku udah kayak racun yang nyebar ke seluruh tubuh. Tapi sampai sekarang, kamu masih sibuk dengan duniamu. Aku cuma berharap kamu bisa segera ambil racun ini.
Aku sangat tersiksa karena merindukanmu, sayang.
Komentar
Posting Komentar