Hanya Sendiri untuk Mengerti

Aku tidak tahu kapan aku harus menyerah dengan keadaan yang terus menerus menekan seperti ini. Ingatanku semakin lama semakin hilang. Rasanya seperti aku semakin jauh dari orang-orang yang pernah aku kenal. Semua terasa asing, dan aku bahkan tidak ingat lagi kenangan bersama mereka. Seberapa bahagianya aku dulu bersama mereka? Adakah yang ingin membantuku mengingat semua itu? Aku lupa! Semua hilang begitu saja.

Aku telah berusaha jauh untuk bertahan, namun kadang hati ini berkata untuk pergi dan menjauh dari keadaan ini. Aku bertanya pada diriku sendiri, apa yang aku tunggu dari kesepian ini? Adakah satu hati yang benar-benar mengertiku? Aku berbicara, tapi mereka hanya tertawa di belakangku. Aku merasa hanya aku sendiri yang bisa mengerti diriku sendiri.

Aku semakin sulit untuk berharap pada sesuatu yang mencoba meyakinkanku. Alasan terburuk yang pernah aku sebutkan adalah trauma. Trauma apa sebenarnya? Namun, mereka tidak akan mengerti apa yang sebenarnya terjadi dalam hidupku.

Biarlah hanya aku sendiri yang mengerti dan merasakan tidak adanya keadilan dalam hidupku. Ketika seseorang bertanya padaku, “Dimana temanmu?” Rasanya bibirku sulit untuk menjawab. Karena aku sendiri tidak tahu dimana mereka. Aku tidak pernah merasakan kehangatan dari seorang teman. Yang aku tahu, mereka datang dengan rasa ingin tahu, kemudian setelah aku berhasil membuat mereka tertawa, mereka pergi meninggalkanku.

Aku takut dendam menguasai diriku, membuatku sulit tidur di malam hari. Aku terus memikirkan sakit yang aku rasakan. Apakah salah jika aku merasa kebencian ini menusuk hingga membuatku jatuh seperti ini? Aku berusaha bertahan sendiri, memperbaiki kesalahan-kesalahan, tapi tidak ada hasil yang membuatku ingin terus bertahan. Hatiku selalu berkata untuk pergi dan menjauh dari keadaan karena hanya aku yang mengerti rasa kesal dan sakit ini.

Aku terus berjalan, melangkah mencari kebahagiaan yang katanya akan datang di hari mendatang. Ku renungi usia ku yang kini 23 tahun, hidup dengan rasa sepi yang ingin menghentikan langkahku. Aku ingin menjauh dari semua orang. Tidak ingin lagi melihat semua keterpurukanku. Aku ingin pergi dengan senyuman dan memejamkan mata dengan pikiran kosong. Tidak ada lagi sakit yang menghantui. Tidak ada lagi rasa takut kehilangan. Tidak ada lagi kegelisahan menjalani hari esok.

Aku merasa tahu kapan saatnya aku berhenti. Mungkin sebentar lagi dari harapanku yang semakin hari semakin memudar. Ingatanku yang tak pernah kembali dan tidak bisa mengingat alasan aku hidup. Biarlah aku pergi meninggalkan semua penyesalan, kegagalan, dan kekesalan yang pernah ada.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kembali Tersenyum

Sosok Yang Aku Tunggu

Titik Akhir Berpasrah: Aku Pamit